TEROPONG-Sipet, Mandau, Tameng, dan Tombak merupakan seperangkat peralatan perang maupun sebagian digunakan untuk berburu oleh suku Dayak di Kalimantan Tengah. Terkhusus untuk Sipet, konon dalam masa peperangan Sipet merupakan senjata yang paling ditakuti penjajah, karena mempunyai kemampuan serang jarak jauh tanpa mengeluarkan bunyi.
Bahkan sebelum berperang laskar atau pasukan Dayak kala itu, memoles lebih dulu anak sumpit atau damek (peluru sumpit) dengan ipu atau racun, baru kemudian dimasukan kedalam Sipet sehingga mampu membunuh lawan dalam tempo beberapa detik atau beberapa menit saja.
Kegiatan ini menjadi salah satu Perlombaan menyumpit dalam bagian acara Pagelaran seni Budaya Dayak “BOKAS EGOQ”-Persembahan DAD Sangatta Selatan. Kemeriahan ini melahirkan juara-juara sumpit dari DAD Sangatta Selatan.
Menurutnya, untuk melestarikan warisan leluhur, maka Disbudpar Kalteng saat ini, terus gencar melalukan pengenalan kepada kalangan masyarakat maupun generasi muda tentang kearifan lokal maupun nilai dari warisan budaya. “Seperti halnya sipet yang merupakan senjata khas Dayak. Kita mengenalkan kepada setiap generasi senjata ini, namun dalam bentuk olahraga tradisional manyipet,” Ungkap Alek.
Dikatakan, yang melatarbelakangi perkembangan dan pertumbuhan permainan manyipet atau manyumpit ini adalah tuntutan dari penggunaannya alat tersebut oleh suku Dayak. Namun demikian, kepandaian menyumpit ini harus ditempa hingga tercapai suatu tingkat keterampilan yang dapat diandalkan. “Maka itu pentingnya kita mengenalkan senjata khas Dayak ini kepada generasi muda dalam bentuk olahraga tradisional manyipet. Ini harus kita lakukan sebagai upaya melestarikan kebudayaan,” Ujar Alek.
Arianto Antil (Penasehat DAD-Sangatta Selatan) berharap, masyarakat bisa turut berpartisipasi baik sebagai peserta, maupun sekedar menyaksikan segala perlombaan yang digelar. Dengan hadirnya masyarakat kata dia dapat memicu semangat generasi muda untuk terus melastarikan beragam kekayaan budaya yang diwarisi nenek moyang.